Sabtu, 06 Agustus 2011

Benteng Van der Wijk

Jika anda berkunjung ke Kebumen, tidak ada salahnya anda singgah sejenak ke objek wisata sejarah yakni benteng Van der Wijck. Lokasinya yang cukup dekat dari jalan utama/raya Kebumen -Yogya, yakni sekitar 300 meter, amatlah sayang jika dilewatkan begitu saja. Benteng kuno dengan dominasi warna merah ini cukup menyolok diantara bangunan lain, namun tersamar dari jalan utama mengingat gerbang masuk lokasi wisata ini cukup jauh dari pintu gerbang benteng.
Anda tidak usah kuatir bahwa berada dilokasi objek wisata sejarah ini, nantinya hanya akan disuguhi bangunan kuno yang cenderung membosankan dan kurang diminati anak-anak. Beberapa sarana permainan anak-anak telah dibangun disekitar benteng seperti perahu angsa, kincir putar dan berbagai macam permainan anak lainnya. Tak ketinggalan juga sebuah patung dinosaurus raksasa ikut dibangun untuk meramaikan suasana dan lebih mengakrabkan dengan dunia anak-anak. Bahkan sebuah stasiun kereta api mini dibangun dibagian atas benteng tepat diatas gerbang utama, memungkinkan pengunjung untuk mengitari sisi atas benteng dengan menggunakan kereta mini
Benteng Van der Wijck sebenarnya dibangun pada awal abad 19 atau sekitar tahun 1820-an, bersamaan meluasnya pemberontakan Diponegoro. Pemberontakan ini ternyata sangat merepotkan pemerintah kolonial Belanda karena Diponegoro didukung beberapa tokoh elit di Jawa bagian Selatan. Maka dari itu Belanda lalu menerapkan taktik benteng stelsel yaitu daerah yang dikuasai segera dibangun benteng. Tokoh yang memprakarsai pendirian benteng ini adalah gubernur jenderal Van den Bosch. Tujuannya jelas sebagai tempat pertahanan (sekaligus penyerangan) di daerah karesidenan Kedu Selatan. Pada masa itu, banyak benteng yang dibangun dengan sistem kerja rodi (kerja paksa) karena ada aturan bahwa penduduk harus membayar pajak dalam bentuk tenaga kerja.
Data teknis benteng

Luas Benteng atas 3606,625m2
Benteng bawah 3606,625 m2
Tinggi Benteng 9,67 m, ditambang cerobong 3,33 m.
Terdapat 16 barak dengan ukuran masing-masing 7,5 x 11,32 m.
Dilihat dari bentuk bangunan, pembangunannya sezaman dengan benteng Willem (Ambarawa) dan Prins Oranje (Semarang kini sudah hancur). Pada awal didirikan, benteng dengan tinggi tembok 10 m ini diberi nama Fort Cochius (Benteng Cochius). Namanya diambil dari salah seorang perwira militer Belanda (Frans David Cochius) yang pernah ditugaskan di daerah Bagelen (salah wilayah karesidenan Kedu). Nama Van der Wijck, yang tercantum pada bagian depan pintu masuk, merupakan salah seorang perwira militer Belanda yang pernah menjadi komandan di Benteng tersebut. Reputasi van der Wijck ini cukup cemerlang karena salah satu jasanya adalah membungkam para pejuang Aceh, tentunya dengan cara yang kejam.
Dilihat dari fisiknya, bangunan yang luasnya 3.606,62 m2 ini sudah mengalami renovasi yang cukup bagus. Sayangnya renovasi ini kurang memperhatikan kaidah konservasi bangunan bersejarah mengingat bangunan ini potensial sebagai salah satu warisan budaya (cultural heritage)
Benteng yang didominasi warna merah ini berjarak 140 km atau 3 jam dari Kota Yogyakarta. Tidaklah sulit untuk mencapai benteng ini dikarenakan letaknya yang hanya satu kilometer dari jalan utama dan terdapat papan petunjuk arah sehingga kesempatan untuk kesasar sangatlah sedikit. Cukup dengan membayar tiket sebesar Rp, 7500,- para wisatawan dapat menikmati salah satu benteng peninggalan jaman kolonial Belanda.
Dikelilingi oleh banyak pepohonan membuat benteng ini terlihat asri dan sejuk, ditambah lagi terdapat banyak wahana permainan anak yang tarifnya berkisar antara Rp. 3000,- sampai Rp. 8000,- yang sangat cocok untuk berwisata bersama keluarga. Jadi selain membawa anak-anak bersenang-senang di wahana permainan para orang tua juga dapat mengenalkan sejarah yang ada di Benteng Van Der Wijck. Yang menjadi nilai tambah benteng ini adalah kawasannya yang sangat terawat dan lengkap, fasilitas umum seperti toilet dan kantin pun sangat bersih sehingga menambah kenyamanan saat berkunjung ke benteng ini, bahkan terdapat penginapan dan ruang pertemuan didalamnya. Sebelum pulang tidak ada salahnya para wisatawan untuk mampir sejenak di kios-kios untuk membeli oleh-oleh khas Kebumen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar